Kali ini gue akan cerita pengalaman gue mendaki gunung Merbabu, sebuah gunung cantik yang
mengelilingi 4 wilayah di Jawa Tengah, diantaranya wilayah Kabupaten Magelang di lereng
sebelah barat, Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Kota Salatiga di lereng
sebelah selatan dan Kota Semarang di lereng sebelah utara. Begitu banyak pengalaman menarik yang gue dapat disana, udara yang sejuk, pemandangan
yang indah, orang-orang yang ramah menemani perjalanan gue pada liburan kali ini. Gunung Merbabu terkenal dengan padang savanannya yang ini indah
dan dari gunung ini pula kita dapat memandang puas sang Merapi yang berada
persis di lereng sebelah timurnya.
Gunung Merbabu yang berada dalam perlindungan Taman Nasional Gunung Merbabu ini memiliki banyak jalur pendakian diantaranya jalur pendakian Wekas yang terletak di kabupaten Magelang, jalur pendakian Kopeng yang berada di kota Salatiga (khusus jalur pendakian via Kopeng memiliki 2 percabangan jalur, Thekelan dan Cunthel), jalur pendakian Selo/New Selo yang berada di kabupaten Boyolali, jalur pendakian Suwanting yang ada di kabupaten Magelang, dan masih banyak lagi yang kebetulan belum menjadi jalur favorit para pendaki pada umumnya. Dalam pendakian kali ini, gue dan kawan-kawan memutuskan untuk mendaki dari jalur suwanting dengan alasan menghindari keramaian karena jalur ini masih baru dibuka kembali secara resmi di tahun 2015 yang lalu.
Sebelum gue
melanjutkan cerita, izinkan gue untuk memperkenalkan
teman-teman yang bergabung dalam trip liburan kali ini. Temen gue yang pertama ada Aditiya Kurniawan alias Eed,
manusia tambun inilah yang sebenarnya paling berhasrat untuk mendaki gunung Merbabu karena kampungnya sendiri ada dilereng gunung ini tepatnya di
daerah salatiga, walaupun tambun tapi semangat juang selagi mendaki gak perlu
diragukan lagi, bahkan banyak temen-temennya yang gak percaya kalo dia punya hobi
mendaki gunung, temen gue yang kedua ada Adryan Ramadhan alias Nyong,
orang ambon yang terkikis oleh peradaban zaman (gak pernah pulang kampung sejak lahir),
perawakan kurus tapi kalo jalan kaki dia sanggup menempun jarak ratusan
kilometer, temen gue yang ketiga ada Edvin Dwi Pradana alias Vindut,
kerja dan tinggal disekitaran Tj.Priok dan ditempa dengan kehidupan yang keras, karena itu dia sampe sekarang susah buat punya pacar, dan temen gue yang
terakhir adalah Ismi Shabrina alias Ismi, dia bukan teman gue sebenernya, melainkan calon pasangan hidup gue *nyengir*, perempuan tangguh yang hampir selalu menemani gue mendaki, dan untuk pendakian kali ini dia sangat berjasa untuk menjadi korektor pendakian kami.
Rencana pendakian kali ini udah direncanakan dari jauh hari, sebulan sebelum keberangkatan, kami sudah memeriksa
ketersediaan
tiket kereta keberangkatan dari stasiun Pasar Senen menuju Semarang (untuk tanggal 5-9 Mei 2016), dan ternyata semua tiket telah habis terpesan yang pada akhirnya kami
harus berangkat lebih awal dan pulang lebih cepat dari rencana untuk menghabiskan liburan kami
di Jawa Tengah (4-7 Mei 2016). Seminggu sebelum
keberangkatan, kami menyusun planning pendakian terlebih dahulu, mulai dari meetpoint,
manajemen waktu pendakian, logistik yang diperlukan, kesiapan fisik, hingga urusan
perlengkapan mendaki. Ini dia yang terpenting setiap kita mau melakukan
aktivitas mendaki gunung, kita harus merencanakannya dengan sematang mungkin untuk meminimalisir hal-hal buruk ketika melakukan pendakian dan ketika sudah berada di alam liar, yang bisa menyelamatkanmu adalah dirimu
sendiri dengan kesiapan-kesiapan yang udah dibuat sebelum melakukan aktivitas mendaki. Be a smart hiker ! ingat
tujuan kita untuk rekreasi bukan untuk bunuh diri yah ! *lol*.
Akhirnya hari yang
ditunggu pun tiba, kami berkumpul di tempat dan waktu yang telah ditentukan untuk memulai perjalanan kali ini, dari meetpoint kami memutuskan untuk memesan Taxi sampai stasiun Pasar Senen untuk menghemat waktu, setelah sampai di stasiun, kami langsung bergegas menuju gerbong kereta kami, tak lama kemudian kereta pun berangkat tepat pukul 23.00 (kami sengaja memesan tiket kereta dengan keberangkatan malam hari supaya sampai sana tepat di pagi hari, sehingga memudahkan kami untuk memulai aktivitas pendakian). Sekitar
pukul 7 pagi, tepatnya di hari Rabu kami akhirnya tiba di stasiun akhir Semarang Tawang. Disana
kami telah ditunggu oleh sopir travel yang sudah standby di parkiran stasiun. Travel ini adalah travel langganan kami setiap kami melancong ke Jawa Tengah, Reno Kartika Travel namanya, dengan mas Reno sebagai ownernya, mereka punya kantor pusat di Purworejo, tapi siap untuk nganter kita dari mana dan kemana saja *applause*.
Tiket dan Peta Jalur Pendakian Suwanting |
Pos 1; Lembah Lempong |
![]() |
View Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 |
![]() |
Senja di Suwanting |
Selepas adzan Maghrib,
kami melanjutkan perjalanan dari sisa-sisa tenaga kami yang mulai habis, jarak
diantara kami pun mulai dirapatkan dengan headlamp yang sudah terpasang dijidat kami
masing-masing. Dengan berharap-harap cemas, akhirnya kami tiba di pos 2, pos
yang dikala itu sangat ramai oleh pendaki yang sedang beristirahat dan menunaikan ibadah shalat
Maghrib. Pada akhirnya kami memutuskan untuk menghentikan aktivitas pendakian dan
mulai membangun tenda di pos 2 ini karena melihat kondisi tim yang kelelahan dan hari
yang sudah gelap. Sisa canda dan tawa dari kami pun masih terdengar untuk
menyarukan lelah yang udah terlihat dimasing-masing wajah kami, disinilah ego kami diuji satu persatu agar kerjasama tim
tetap terjalin dengan baik. Setelah dua tenda yang kami bawa rampung, kamipun langsung bergegas masuk kedalam tenda
untuk beristirahat.
Malam semakin larut,
perut kamipun mulai keroncongan lagi, kami memutuskan untuk membuat
makan malam, bahan makanan yang kami bawa pun dikeluarkan, malam itu menunya adalah nasi, sayur
sop dan ayam goreng, kombinasi makanan yang sekiranya cukup untuk mengisi kembali kalori
yang sudah terbuang selama perjalanan pendakian hari ini. Sekedar untuk mengingatkan, sangat
penting untuk memperhatikan menu makanan kita ketika berada di gunung, makanan yang kita makan tentunya sangat berpengaruh terhadap kondisi
fisik kita selama melakukan aktivitas pendakian, jangan sampai kita celaka hanya karena
kita malas untuk memasak makanan, oke disinilah titik dimana Indomie menjadi
musuh utama ! hahaha. Untuk pendakian kali ini, gue merasakan manajemen kelompok
yang begitu baik, mulai dari pembagian tugas yang jelas, kepedulian yang selalu terjaga, sampai suasana riang
yang terus menemani perjalanan kami disegala kondisi. Setelah makan malam, sebelum bergegas
tidur untuk mengakhiri hari, kami menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu
diluar tenda untuk memandangi langit yang indah.
Keesokan harinya ternyata kami bangun kesiangan, rencana untuk pergi summit di pagi hari pun hanya tinggal
wacana saja, gue pikir gak masalah karena pada pendakian kali ini kami memiliki
waktu yang cukup banyak. Setelah semuanya terbangun, kami
berinisiatif untuk segera membuat sarapan pagi, dan karena masih pagi (padahal udah jam 08.00) kami memilih untuk makan makanan instan saja. Kami juga
membuat jelly sebagai makanan tambahan supaya bisa menahan lapar lebih lama ketika melakukan summit nanti,
perjalanan yang kami tempuh dari pos 2 menuju ke puncak merbabu memang masih sangat
panjang. Setelah semuanya siap dan perut sudah terisi penuh, kami lekas pergi menuju puncak Merbabu.
![]() |
Kabut tebal dalam perjalanan menuju puncak |
![]() |
View gunung Merapi dari Sabana Merbabu |
Puncak pertama yang kami jumpai di jalur pendakian Suwanting ini adalah puncak Suwanting itu sendiri yang kami tempuh dalam waktu 1 jam perjalanan dari pos 3, sesampai disini kami beristirahat sejenak untuk menikmati persona gunung Merbabu yang tiada duanya. Setelah tenaga pulih kembali, kami melanjukan perjalanan menuju puncak utama, puncak Trianggulasi adalah puncak kedua yang kami jumpai, puncak ini memiliki ketinggian 3142 mdpl, kami tiba disana jam 15.30. Dari puncak Trianggulasi, kita bisa melihat puncak Kenteng Songo di lereng sebelah utara yang ternyata sangat dekat, setelah puas menikmati keindahan merbabu dan berfoto ria di puncak Trianggulasi, kami tanpa ragu segera bergegas menuju puncak Kenteng Songo yang kami tempuh hanya dalam waktu 5 menit saja. Puncak Kenteng Songo inilah yang menjadi puncak yang paling ikonik di gunung Merbabu yang uniknya memiliki ketinggian yang sama dengan puncak Trianggulasi, 3142 mpdl.
Journey Your Indonesia !
No comments