Cerita Pendakian Gunung Merbabu (5-7 Mei 2016)

Share:

Kali ini gue akan cerita pengalaman gue mendaki gunung Merbabu, sebuah gunung cantik yang mengelilingi 4 wilayah di Jawa Tengah, diantaranya wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat, Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Kota Salatiga di lereng sebelah selatan dan Kota Semarang di lereng sebelah utara. Begitu banyak pengalaman menarik yang gue dapat disana, udara yang sejuk, pemandangan yang indah, orang-orang yang ramah menemani perjalanan gue pada liburan kali ini. Gunung Merbabu terkenal dengan padang savanannya yang ini indah dan dari gunung ini pula kita dapat memandang puas sang Merapi yang berada persis di lereng sebelah timurnya.

Gunung Merbabu yang berada dalam perlindungan Taman Nasional Gunung Merbabu ini memiliki banyak jalur pendakian diantaranya jalur pendakian Wekas yang terletak di kabupaten Magelang, jalur pendakian Kopeng yang berada di kota Salatiga (khusus jalur pendakian via Kopeng memiliki 2 percabangan jalur, Thekelan dan Cunthel), jalur pendakian Selo/New Selo yang berada di kabupaten Boyolali, jalur pendakian Suwanting yang ada di kabupaten Magelang, dan masih banyak lagi yang kebetulan belum menjadi jalur favorit para pendaki pada umumnya. Dalam pendakian kali ini, gue dan kawan-kawan memutuskan untuk mendaki dari jalur suwanting dengan alasan menghindari keramaian karena jalur ini masih baru dibuka kembali secara resmi di tahun 2015 yang lalu.
Sebelum gue melanjutkan cerita, izinkan gue untuk memperkenalkan teman-teman yang bergabung dalam trip liburan kali ini. Temen gue yang pertama ada Aditiya Kurniawan alias Eed, manusia tambun inilah yang sebenarnya paling berhasrat untuk mendaki gunung Merbabu karena kampungnya sendiri ada dilereng gunung ini tepatnya di daerah salatiga, walaupun tambun tapi semangat juang selagi mendaki gak perlu diragukan lagi, bahkan banyak  temen-temennya yang gak percaya kalo dia punya hobi mendaki gunung, temen gue yang kedua ada Adryan Ramadhan alias Nyong, orang ambon yang terkikis oleh peradaban zaman (gak pernah pulang kampung sejak lahir), perawakan kurus tapi kalo jalan kaki dia sanggup menempun jarak ratusan kilometer, temen gue  yang ketiga ada Edvin Dwi Pradana alias Vindut, kerja dan tinggal disekitaran Tj.Priok dan ditempa dengan kehidupan yang keras, karena itu dia sampe sekarang susah buat punya pacar, dan temen gue yang terakhir adalah Ismi Shabrina alias Ismi, dia bukan teman gue sebenernya, melainkan calon pasangan hidup gue *nyengir*, perempuan tangguh yang hampir selalu menemani gue mendaki, dan untuk pendakian kali ini dia sangat berjasa untuk menjadi korektor pendakian kami.
Rencana pendakian kali ini udah direncanakan dari jauh hari, sebulan sebelum keberangkatan, kami sudah memeriksa ketersediaan tiket kereta keberangkatan dari stasiun Pasar Senen menuju Semarang (untuk tanggal 5-9 Mei 2016), dan ternyata semua tiket telah habis terpesan yang pada akhirnya kami harus berangkat lebih awal dan pulang lebih cepat dari rencana untuk menghabiskan liburan kami di Jawa Tengah (4-7 Mei 2016). Seminggu sebelum keberangkatan, kami menyusun planning pendakian terlebih dahulu, mulai dari meetpoint, manajemen waktu pendakian, logistik yang diperlukan, kesiapan fisik, hingga urusan perlengkapan mendaki. Ini dia yang terpenting setiap kita mau melakukan aktivitas mendaki gunung, kita harus merencanakannya dengan sematang mungkin untuk meminimalisir hal-hal buruk ketika melakukan pendakian dan ketika sudah berada di alam liar, yang bisa menyelamatkanmu adalah dirimu sendiri dengan kesiapan-kesiapan yang udah dibuat sebelum melakukan aktivitas mendaki. Be a smart hiker ! ingat tujuan kita untuk rekreasi bukan untuk bunuh diri yah ! *lol*.
Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba, kami berkumpul di tempat dan waktu yang telah ditentukan untuk memulai perjalanan kali ini, dari meetpoint kami memutuskan untuk memesan Taxi sampai stasiun Pasar Senen untuk menghemat waktu, setelah sampai di stasiun, kami langsung bergegas menuju gerbong kereta kami, tak lama kemudian kereta pun berangkat tepat pukul 23.00 (kami sengaja memesan tiket kereta dengan keberangkatan malam hari supaya sampai sana tepat di pagi hari, sehingga memudahkan kami untuk memulai aktivitas pendakian). Sekitar pukul 7 pagi, tepatnya di hari Rabu kami akhirnya tiba di stasiun akhir Semarang Tawang. Disana kami telah ditunggu oleh sopir travel yang sudah standby di parkiran stasiun. Travel ini adalah travel langganan kami setiap kami melancong ke Jawa Tengah, Reno Kartika Travel namanya, dengan mas Reno sebagai ownernya, mereka punya kantor pusat di Purworejo, tapi siap untuk nganter kita dari mana dan kemana saja *applause*.
Tiket dan Peta Jalur Pendakian Suwanting
Kami tiba di basecamp pendakian Suwanting jam 11.30, setelah perpisahan dengan sang sopir, kami langsung bergegas melakukan persiapan pendakian. Selama berada di basecamp ini, kami disambut dengan ramah oleh warga dan para pengurusnya. Suasana yang sebenarnya jarang kita ditemui dikota ada dsini, senyum & tegur sapa warga setempat terus menemani kami menuju ke pos registrasi yang ada dipenghujung desa, harga tiket masuknya pun masih terjangkau (Rp. 15.000). Khusus di jalur pendakian Suwanting ini, sebelum melakukan pendakian, pendaki terlebih dahulu harus mengikuti briefing khusus, briefing yang isinya menjelaskan tentang pemetaan jalur pendakian, pemahaman kondisi lingkungan disekitar jalur pendakian, hingga tradisi yang harus dihormati para pendaki.
Pos 1; Lembah Lempong
Selepas adzan Dzuhur (11.00), kami memulai pendakian dengan trek yang menanjak namun masih cenderung datar karena masih didominasi oleh perkebunan warga, pemandangan yang indah udah terlihat dari awal kami memulai pendakian ini. Jarak ke pos 1 dari pos registrasi tidak terlalu jauh, kami menempuhnya dalam waktu satu jam saja, pos 1 atau yang biasa disebut lembah lempong ini merupakan populasi dari hutan pinus. Sesampainya di pos 1 ini, kami beristirahat sejenak untuk mendinginkan kembali suhu tubuh setelah melewati tanjakan perkenalan (istilah untuk tanjakan awal bagi para pendaki). Setelah puas beristirahat dan berfoto ria, kami melanjutkan pendakian yang sebenernya baru dimulai dari pos 1 ini, karena jarak dari pos 1 ke pos 2 ternyata lumayan jauh dan terjal, lembah yang dilewati pun cukup banyak.
View Perjalanan dari pos 1 ke pos 2
Hari sudah semakin sore, langit sudah menguning, tapi kami belum juga sampe di pos 2 yang kata petugasnya dapat ditempuh dengan waktu 2 jam saja dari pos 1, sedangkan kami sudah berjalan lebih dari 2 jam namun pos 2 pun belum terlihat. Akhirnya ditengah perjalanan kami melambaikan tangan ke kamera karena perut kami mulai berbunyi beriringan membentuk nada yang mampu menandingi grup band hardcore sekalipun, kami beristirahat disebuah lahan datar yang dekat dengan sumber air pertama yang kami temui. Duduk sejenak lalu membuka carrier untuk mengeluarkan peralatan memasak dan logistik, disaat-saat seperti ini mie instanlah juaranya. Setelah puas mengisi perut dan bergosip ria sambil memandangi pemandangan yang sangat indah dengan view gunung Merapi dan kota Magelang, dengan berat hati akhirnya kami melanjutkan perjalanan. Jalur yang kami tempuh setelah kami beristirahat ternyata cukup terjal dengan kondisi tanah yang gembur dan agak licin, Namun, kondisi tersebut tak terasa seraya mata kami terus menoleh kekiri dan kekanan memandangi pemandangan alam yang begitu mempesona.
Senja di Suwanting
Hari mulai gelap, mataharipun lekas pergi setelah menuntaskan tugasnya hari itu, adzan Maghrib berkumandang dan kami pun menghentikan perjalanan sejenak untuk menikmati suasana senja yang begitu syahdu dikala itu. Dalam waktu adzan Maghrib ini, memang selayaknya kita harus menghentikan segala aktivitas, banyak cerita dari para pendaki kalau diwaktu adzan maghrib banyak aktivitas gaib yang sedang terjadi, karena itu banyak pendaki yang merasa dikerjai oleh makhluk gaib tersebut, gejalanya mulai dari jarak yang ditempuh semakin jauh, jalur yang jadi membingungkan, sampai yang terekstrem adalah peristiwa kesurupan. Namun, mitos tersebut adalah sebuah kepercayaan yang pada intinya kembali ke diri kita masing-masing, memang ada baiknya kita menghormati kepercayaan yang  sudah terbentuk adanya dan kalo sempat lekas menjalankan shalat Maghrib bagi yang menjalankan.
Selepas adzan Maghrib, kami melanjutkan perjalanan dari sisa-sisa tenaga kami yang mulai habis, jarak diantara kami pun mulai dirapatkan dengan headlamp yang sudah terpasang dijidat kami masing-masing. Dengan berharap-harap cemas, akhirnya kami tiba di pos 2, pos yang dikala itu sangat ramai oleh pendaki yang sedang beristirahat dan menunaikan ibadah shalat Maghrib. Pada akhirnya kami memutuskan untuk menghentikan aktivitas pendakian dan mulai membangun tenda di pos 2 ini karena melihat kondisi tim yang kelelahan dan hari yang sudah gelap. Sisa canda dan tawa dari kami pun masih terdengar untuk menyarukan lelah yang udah terlihat dimasing-masing wajah kami, disinilah ego kami diuji satu persatu agar kerjasama tim tetap terjalin dengan baik. Setelah dua tenda yang kami bawa rampung, kamipun langsung bergegas masuk kedalam tenda untuk beristirahat.

Malam semakin larut, perut kamipun mulai keroncongan lagi, kami memutuskan untuk membuat makan malam, bahan makanan yang kami bawa pun dikeluarkan, malam itu menunya adalah nasi, sayur sop dan ayam goreng, kombinasi makanan yang sekiranya cukup untuk mengisi kembali kalori yang sudah terbuang selama perjalanan pendakian hari ini. Sekedar untuk mengingatkan, sangat penting untuk memperhatikan menu makanan kita ketika berada di gunung, makanan yang kita makan tentunya sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik kita selama melakukan aktivitas pendakian, jangan sampai kita celaka hanya karena kita malas untuk memasak makanan, oke disinilah titik dimana Indomie menjadi musuh utama ! hahaha. Untuk pendakian kali ini, gue merasakan manajemen kelompok yang begitu baik, mulai dari pembagian tugas yang jelas, kepedulian yang selalu terjaga, sampai suasana riang yang terus menemani perjalanan kami disegala kondisi. Setelah makan malam, sebelum bergegas tidur untuk mengakhiri hari, kami menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu diluar tenda untuk memandangi langit yang indah.

Keesokan harinya ternyata kami bangun kesiangan, rencana untuk pergi summit di pagi hari pun hanya tinggal wacana saja, gue pikir gak masalah karena pada pendakian kali ini kami memiliki waktu yang cukup banyak. Setelah semuanya terbangun, kami berinisiatif untuk segera membuat sarapan pagi, dan karena masih pagi (padahal udah jam 08.00) kami memilih untuk makan makanan instan saja. Kami juga membuat jelly sebagai makanan tambahan supaya bisa menahan lapar lebih lama ketika melakukan summit nanti, perjalanan yang kami tempuh dari pos 2 menuju ke puncak merbabu memang masih sangat panjang. Setelah semuanya siap dan perut sudah terisi penuh, kami lekas pergi menuju puncak Merbabu.
Kabut tebal dalam perjalanan menuju puncak
Summit dikala itu memang sungguh luar biasa kesiangannya, tepat jam 10.00 pagi kami baru berangkat dari pos 2, tapi dengan semangat yang menggebu-gebu dan tenaga baru akhirnya kami tetap berangkat. Gue sendiri tetap bawa carrier yang isinya logistik dan jas hujan kelompok dan si Eed juga bawa carrier yang diisi botol kosong untuk diisi nanti di sumber air terdekat yang berada tidak jauh dari pos 2 tempat kami mendirikan tenda. Jalur yang kami tempuh dari pos 2 ke pos 3 cukup terjal, walaupun mayoritas dari kami gak bawa carrier, tapi kami banyak berhenti dan beristirahat selama perjalanan summit. Ketika kami sedang beristirahat, ada seorang penjaga basecamp yang kebetulan sedang lewat memberitahu kami jalur pintas yang lebih cepat dibanding melewati jalur yang biasanya, kami bersyukur melewati jalur tersebut karena memang pada kenyataannya kami dapat menghemat waktu sampai satu jam perjalanan. Setelah menempuh perjalanan pendakian selama tiga jam, akhirnya kami sampai di sumber air kedua dari tenda kami(ketiga kalau diitung secara keseluruhan), kamipun banyak menghabiskan waktu disini untuk beristirahat dan makan siang. Setelah perut terisi dan tenaga kembali pulih, kami melanjutkan perjalanan ke pos 3 yang memang jaraknya tidak jauh dari sumber air tersebut. Selama perjalanan menuju pos 3, kabut tebal menyelimuti kami, sangat tebal sehingga kami harus kembali merapatkan barisan. Akhirnya kamipun sampai dipos 3 tepat jam 14.00, waktu yang sebenarnya sudah gak normal lagi untuk melanjutkan summit.
View gunung Merapi dari Sabana Merbabu
Ketika sampai di pos 3, kami banyak berdiskusi perihal kelanjutan perjalanan summit, masalahnya adalah waktu yang sudah menjelang sore, dari diskusi yang berlangsung memunculkan dua pilihan yaitu turun kembali, atau tetap melakukan summit dengan resiko turun ketika hari sudah gelap. Kami memutuskan untuk melanjutkan summit walaupun salah satu dari tim kami yaitu si Eed tidak melanjutkan perjalanan karena merasa fisiknya sudah terlalu lelah, dengan berat hari kami meninggalkan Eed di pos 3 yang menunggu kami sampai turun dari puncak Merbabu. Setelah pos 3, jalur menuju puncak merupakan wilayah sabana Merbabu yang memang menjadi keistimewahan tersendiri dari gunung ini, pemandangan rerumputan hijau menemani perjalanan kami menuju puncak, sangat indah ! kami pun tak henti-hentinya untuk berfoto ria seraya mengabadikan moment-moment yang memang jarang terjadi. Jalur yang dilalui pun cenderung menanjak namun banyak terdapat tanah datar yang biasanya digunakan untuk tempat camp para pendaki yang melanjutkan perjalanan lintas jalur. Ketika di sabana, mata kami begitu terhipnotis dengan keindahan dari gunung ini, karena selepas pos 3 memang tidak lagi pohon-pohon besar yang menutup pandangan kami. Suasana sunyi disaat itu menambah kesan mendalam atas makna keindahan alam sesungguhnya dan sejenak kita akan selalu mengingat bahwa ini adalah ciptaan-Nya yang harus kami jaga agar tetap lestari.
Puncak Suwanting
Puncak pertama yang kami jumpai di jalur pendakian Suwanting ini adalah puncak Suwanting itu sendiri yang kami tempuh dalam waktu 1 jam perjalanan dari pos 3, sesampai disini kami beristirahat sejenak untuk menikmati persona gunung Merbabu yang tiada duanya. Setelah tenaga pulih kembali, kami melanjukan perjalanan menuju puncak utama, puncak Trianggulasi adalah puncak kedua yang kami jumpai, puncak ini memiliki ketinggian 3142 mdpl, kami tiba disana jam 15.30. Dari puncak Trianggulasi, kita bisa melihat puncak Kenteng Songo di lereng sebelah utara yang ternyata sangat dekat, setelah puas menikmati keindahan merbabu dan berfoto ria di puncak Trianggulasi, kami tanpa ragu segera bergegas menuju puncak Kenteng Songo yang kami tempuh hanya dalam waktu 5 menit saja. Puncak Kenteng Songo inilah yang menjadi puncak yang paling ikonik di gunung Merbabu yang uniknya memiliki ketinggian yang sama dengan puncak Trianggulasi, 3142 mpdl.

Puncak Trianggulasi

Puncak Kenteng Songo
Journey Your Indonesia !

No comments